Mencari Rizki Yang Barakah

Predikat iman dan taqwa inilah yang senantiasa kita syukuri, sebab iman dan taqwa itu adalah dua daun pintu bagi terbukanya rejeki kita yang penuh berkah, bukan rizki yang haram yang dilaknat Allah. Al-Qur’an menegaskan :
Artinya: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS:7 Al-Araf: 96)
Ibnu Katsir menjelaskan syarat-syarat iman dan taqwa itu adalah hatinya beriman pada apa yang dibawa oleh Rasulullah, membenarkan dan mengikutinya, bertaqwa dengan melaksanakan ketaatan-ketaatan dan meninggalkan perbuatan keharaman. (Tafsir III hal: 100) :

Diantara buah-buah iman bagi kaum Mukminin antara lain adalah:
Pertama, taqwa itu sendiri, menjaga diri dari dosa, ancaman siksa, bahaya dan membuka pintu rizki, karena Allah berfirman:

Artinya: Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah dan hari akhir niscaya Dia
akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rejeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan(yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS; Ath Thalaq : 2-3).

Yang kedua, iman membuahkan pula taubat dan istighfar; yang akan menebar rizki untuk kita sekalian. Amiril Mukminin Umar dalam beristisqa’ atau memohon rizki, hanyalah dengan istighfar (Ruhul Maani, 29/72-73)
Rasulullah bersabda:
“Barang siapa yang memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah) niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihan jalan keluar, untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberikan rizki (yang halal) dari arah yang tidak disangka-sangka “(HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah) . Allah menegaskan pula dalam (QS: Hud: 3)

Artinya: Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepadaNya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat. Itulah taubat yang menyesali dan menghentikan dosa dan maksiat kemudian menggantikannya dengan amal shalih dan keridhaan sesama.

Ketiga: Iman membuahkan TAWAKKAL, yaitu berusaha dengan disertai sikap menyandarkan diri hanya kepada Allah yang memberikan kesehatan, rizki, manfaat, bahaya, kekayaan, kemiskinan, hidup dan kematian serta segala yang ada, tawakkal ini akan membukakan rizki dari Allah, sebagaimana janjinya dalam QS: 65 At-Thalaq: 3):

Artinya: Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam memberikan contoh tentang bertawakkal yang sesungguhnya dengan bersabda:

Artinya:
“Sungguh seandainya kalian bertawakkal kepada Allah sebenar-benar tawakal niscaya kalian akan diberikan rizki sebagai-mana rizki-rizki burung-burung, mereka berangkat pergi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang” (HR. Timidzi No. 2344).

Keempat: Iman dan taqwa membuahkan taqarrub yang berupa rajin mengabdi bahkan sepenuhnya mengabdi beribadah kepada Allah lahir bathin khusu dan khudhu.
Beribadah yang sepenuhnya akan dapat membuka rizki Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam :

Artinya:
“Rabb kalian berkata; Wahai anak Adam! Beribadahlah kepadaKu sepenuhnya, niscaya aku penuhi hatimu dengan kekayaan dan Aku penuhi kedua tanganmu dengan rizki. Wahai anak Adam! Jangan jauhi Aku, sehingga aku penuhi hatimu dengan kefakiran dan Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan”. (HR. Al-Hakim: Silsilah Al-Hadits Ash-Shahihah No. 1359).

Kelima: Iman dan taqwa membimbing hijrah fisabilillah. Perubahan sikap dari yang buruk kepada sikap kebaikan, atau hijrah adalah perpindahan dari negeri kafir, menuju negeri kaum Muslimin, menolong mereka untuk mencapai keridhaan Allah (Tafsir Al Manar, 5: 39)
Hijrah ini membukakan pintu rizki Allah dengan janjiNya dalam surat An-Nisa ayat 100:

Artinya: Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya disisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Oleh : Supriadi

SESEGAR TELAGA KAUTSAR

Kebahagian hidup di dunia ini bermula dari merasakan halla-watul iimaan (manisnya iman). Dan, halaawatul iimaan adalah buah dari al-mujaahadah fii thaa’ atillah ( usaha sungguh-sungguh untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT). Allah memberi karunia halaawatul iimaan kepada hamba-Nya, karena hamba itu terus menerus “merayu” ridha-Nya dengan kemurnian akidah, kenikmatan beribadah, dan kemuliaan akhlak. Seseorang akan merasakan nikmatnya beribadah ketika ia konsisiten melaksanakan ketaatan-Nya.


Ibarat seorang musafir yang menempuh perjalanan ke suatu tempat. Dia akan merasa senang ketika mulai perjalanan, juga ketika masih dalam perjalanan, puncak perasaan senang itu datang saat ia telah sampai ke tempat yang ditujunya.
Diumpamakan jugak seperti anak kecil yang diajak rekreasi oleh orang tuanya. Dia akan merasa gembira ketika orang tuanya menjanjikan hal itu. Dia akan lebih gembira lagi ketika ia dan orang tuanya mulai bersiap-siap untuk berangkat ke tempat itu. Puncak kegembiraannya adalah pada saat ia sampai ke tempat tujuan.
Begitu juga dengan seorang hamba yang beribadah kepada Allah SWT. dia akan melaksanakan ibadahnya dengan senang hati,khusyuk, dan nikmat. Puncak kenikmatan beribadahnya dirasakan pada saat menjelang kematian. Dia akan merasakan kebahagiaan. Karena itulah pintu pertemuannya dengan Allah SWT. dzat yang selalu di ibadahinya dengan segenap perasaan tunduk dan cinta selama hiduipnya di dunia.
Allah SWT berfirman..” oranag-orang yang berkata ‘Sesungguhnya orang-orang yang merugi ialah orang-orang yang kehilangan diri mereka sendiri dan ( kehilangan) keluarga mereka pada hari kiamat. Ingatlah, sesungguhnya orang-orang yang lalim itu berada dalam azab yang kekal…’ (Asy-Syuuraa [42]:45).
Subhnaallah. Ingatlah bahwa orang-orang yang berkata akan tetap berkumpul pada keluarganya mereka yang berimam di akhirat nanti. Sementara orang-orang yang tidak berfirman, keluarga mereka akan terpisah dan bercerai-berai. Sungguh kehidupan di dunia adalah cerminan dari kehidupan akhirat. Jika di dunia kita hidup sukses dan bahagia dalam ketaatan kepada Allah, maka di akhirat pun kita menjadi sukses dan bahagia di bawah naungan ridho Allah SWT.
Mereka yang sukses di akhirat dimulai dari kesuksesan mereka dalam menjalani hidup didunia adalah dengan menjadi hamba yang bertakwa.
Ali bin Abu Thalib berkata: “kunci takwa itu ada empat. Pertama , al-khaufu minal jaliil ( takut kepada Yang Maha Agung). Kedua, al-amalu bit tanziil (mengamalkan wahyu yang telah diturunkan). Ketiga, al-qanaa’atu bil qaliil(merasa puas dengan apa yang ada meski sedikit) . keempat, al-isti’daadu liyaumir rahiil (menyiapkan diri untuk hari kemudian)
Itu semua benar-benar karunia dari Allah. Ingatlah bahwa mereka yang masuk ke surga bukan karena banyak pahala, zakat, puasa atau ibadah mereka yang lain, tetapi semua itu karena rahmat dan ridha Allah SWt…” tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan imam itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan , dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus” (al-Hujuraat [49]:7).
Surga terlalu mahal untuk diperolah dengan ibadah yang hanya 60 sampai 70 tahun usia hidup kita, meski banyak orang yang usia hidupnya kurang dari itu. Dan usia yang digunakan untuk beribadah pun tidak mencapai separuhnya. Sementara nikmat yang Allah berikan kepada kita tidak terhitung dengan jumlah angka-angka yang di buat untuk urusan duniawi.
Akan tetapi, Allah mencintai kita semua. Karena rahmat dan kasih sayang-Nya itulah, Dia memberikan rasa cinta dalam hati kita. Perasaan cinta pada keimanan dan menjadikannya terasa nikmat dan indah bagi orang-orang yang beriman.
Oleh karena itu, semua kenikmatan yang Allah beri kepada kita, baik yang ada pada diri kita seperti hati, akal, panca indra, maupun diluar diri kita, yang ada diseluruh alam semesta, semua adalah fasilitas yang harus dipergunakan untuk beribadah kepada Allah SWT, sehingga kita bisa menjadi ‘abdan syukuuran’ (hanba yang bersyukur).
Karena nikmat kita bersyukur, dan rasa syukur itu sendiri adalah nikmat. Mensyukuri setiap nikmat, menikmati rasa syukur, mensyukuri nikmat lagi kemudian menikmati rasa syukur lagi, mensyukuri nikmat lagi dan menikmati rasa syukur lagi, dan begitu seterusnya. Sehinggah seluruh aktivitas hidup kita tidak lepas dari aktivitas mensyukuri nikmat dan menikmati rasa syukur itu.
Selama kita bersyukur atas semua nikmat yang Allah beri, selama itu pula hidup terasa nikmat.
Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan? [arrahman] (www.mail-archive.com)

TELADAN HIDUP POHON PISANG


Di sebuah desa Bude Mukiyah pagi itu menggelar dagangannya. Sudah ramai orang pada membeli nasi pecel Bude. Orang-orang senang akan masakan pecel Bude Mukiyah, selain enak rasanya nasi pecelnya dibungkus pakai daun pisang orang menyebutnya pincuk. Memang apabila pakai pincuk beda rasanya dengan kalau memakai piring. Tak salah lagi bila Bude Mukiyah pagi-pagi menyobek-nyobek lembaran daun pisang untuk dibuat pincuk, sedang tangkainya dipungut anak-anak untuk dibuat mainan.

     Ada yang dipakai buat kuda-kudaan lengkap dengan pecutnya, maupun dibuat senjata-senjataan. Her her huss huss toplak-toplak, pletok-pletok. Langganan pembeli pecel sudah berdatangan untuk sarapan pagi, ada yang di makan di tempat namun ada juga yang dibawa pulang untuk sarapan dengan keluarga yang berada di rumah. Ditengah kesibukan itu tiba-tiba orang dikagetkan dengan teriakan anak-anak yang sedang bermain.

     “Bocah!! Bocah!! Bocah keli. Dik Muk bocah hanyut. Tolong!! Tolong! Demikian rupanya anak-anak bermain terlalu dekat dipinggiran sungai yang sedang deras airnya, tanpa sengaja salah seorang terpeleset jatuh di sungai, maka tak tanggung lagi hanyut terbawa arus derasnya sungai. Ramailah desa itu dengan kejadian yang cukup menggegerkan. Si bocah terus dan terus kintir dan kintir. Bagaimana selanjutnya?

     Akankah anak itu terus terbawa arus ataukah akan terselamatkan? Kejadian selanjutnya Allah telah menunjukkan kehebatannya.

Sebatang pohon pisang mengapung mendekati anak tersebut. Dengan sigapnya sang anak menaiki dan merangkulnya. Atas izin Allah pohon pisang itu menepi dan anak itu pun selamat sampai ketepian. Alhamdulillah semua orang berucap syukur kepada Allah. Kemudian orang-orang membawakan minuman dan makanan berupa jajanan, antara lain pisang goreng dan nagasari yang juga merupakan dagangan Bude Mukiyah.

     Dengan cerita pagi di sebuah desa yang jauh dari keramaian kota. Kalau kita telaah lebih dalam dari cerita singkat itu, apa yang dinamakan “pisang” sangat amat membantu manusia. Dari tangkai, daun, buahnya dapat menghasilkan uang. Banyak aneka ragam kegunaan dan manfaat pohon pisang bila manusia pandai-pandai mengelola dengan tangan terampil.

     Bahkan pohon pisang yang sudah tercabut dari tanahpun masih banyak kegunaannya, mulai dari kulit atau pelepahnya pohon pisang  bisa digunakan untuk alat pembuatan tempe, bunga atau ontongnya bisa untuk sayur termasuk ares (tengahnya pohon pisang), buahnya bisa untuk jajanan, daunnya bisa untuk membungkus atau membrengkes ikan, bahkan buahnya yang masih muda dari pohon pisang klutuk yang rasanya sepet bisa digunakan untuk campuran pembuatan rujak ulek. Tidak enak rasanya jika rujak ulek tanpa pisang klutuk. Bijinya keras namun bila sudah diulek membuat nikmat di lidah. Tangkainya daun bisa digunakan untuk mainan anak-anak, bahkan kulit buahnyapun juga bisa dimanfaatkan untuk makanan ternak.

     Mungkin masih ada lagi manfaat dan kegunaannya. Kalau diteliti lebih luas pada sebatang pohon pisang seakan seluruhnya sangat bermanfaat dan tidak ada yang tebuang.  Untuk itu kits patut untuk angkat topi setinggi-tingginya pada ciptaan Allah SWT. yang satu ini. Dan lebih salut lagi bahwa pohon pisang bila akan mati sudah mempersiapkan sendiri generasi penerusnya tanpa bantuan siapapun setelah memberikan buahnya. Kita sebagai manusia yang memiliki kesempurnaan berupa akal yang sehat hendaknya bisa menjadikan pohon pisang ini sebagai suri tauladan dalam kehidupan ini. Sehingga kita benar-benar bisa bermanfaat bagi diri kita sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan agama kita. Amin….



“AKAN AKU BERIKAN SEGALANYA APA YANG ADA PADA DIRIKU SAMPAI AKHIR HAYATKU DAN AKU PERSEMBAHKAN SENDIRI TUNAS GENERASI PENERUS HIDUPKU"

MENCARI REZQI HALAL


Ada orang bilang,”mencari rezqi yang haram saja sulit apa lagi yang halal.”
Benarkah pernyataan demikian? Bukankah Allah telah menurunkan karunia di langit dan di bumi dengan jumlah yang tidak mungkin bisa dihitungnya? Dan bukankah semua itu untuk hambaNya?
     Rezqi adalah karunia Allah yang diberikan kepada hambaNya. Karunia ini bisa berupa apa saja, mungkin bisa kesehatan, umur panjang, anak yang shaleh dan shalehah, bisa juga berupa materi seperti uang, binatang ternak, buah-buahan dan lain sebagainya. Namun dalam kajian kali ini kami hanya membatasi pada masalah materi atau financial yaitu berupa uang.
     Uang oh uang, itulah kebutuhan setiap orang yang hidup. Siapapun orangnya pasti membutuhkan yang namanya uang. Karena dengan uang semua kebutuhan bisa terpenuhi. Orang yang sakit ingin sehat harus mengeluarkan uang uantuk membeli obat, atau  untuk membayar biaya Rumah Sakit jika sampai masuk Rumah Sakit. Orang ingin makan ia harus mengeluarkan uang untuk membeli beras, sayuran, lauk pauk, elpigi, dan lain sebagainya. Pokoknya uang adalah segala-galanya. Orang ingin apa saja pokoknya ada uang itulah kata orang.
     Dari situlah maka banyak orang yang menghalalkan berbagai macam cara agar bisa  mendapatkan yang namanya uang. Ada yang mendapatkannya dengan menjadi seorang dokter, bidan, pekerja bangunan, ada juga  yang menjadi koruptor, perampok,penipu, pencuri,  dan bahkan ada yang menjual diri dan lain sebagainya. Mungkin kita masih ingat tentang sosok Malinda Dee yang beberapa waktu lalu menjadi sumber berita di berbagai media massa di tanah air ini. Dengan kepiawaiannya dia bisa menipu Milyaran rupiah. Mungkin kita masih ingat juga bagaimana Gayus Tambunan dalam mencari uang di instansi perpajakan. Dan masih banyak lagi contoh lain yang bisa kita jadikan referensi.
     Nah bagi kita sekarang, yang penting harus tetap berpegang kepada Al Qur’an dan Hadits di dalam mencari rizqi. Dan sebagai dasar kita adalah Al Qur’an Surat An Nahl:114
           Artinya :” Maka makanlah yang halal lagi baik dari rizqi yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.”
(QS. An Nahl : 114)

Berdasarkan ayat di atas kita diharapkan untuk selektif  didalam mencari rizqi. Yaitu dengan hanya memilih yang baik dan yang halal. Banyak rizqi itu kelihatannya baik, akan tetapi belum tentu kalau itu halal. Begitu juga sebaliknya rizqi itu kelihatannya tidak baik tetapi kenyataannya halal. Oleh karena itu kejelian dan ketelitian menuntut siapa saja yang ingin dalam hidupnya selamat dunia dan akhirat. Sebab rizqi yang dalam hal ini harta atau uang selama hidup di dunia inipun juga akan diaudit jika menjadi seorang pejabat, jika didapat dari yang tidak benar maka ia akan masuk dalam tirai besi (penjara). Itulah yang dialami koruptor negara kita (seperti Gayus Tambunan). Dan masih banyak Gayus-gayus yang lain di negeri ini. Ini siksa dunia, bagaimana nanti siksa akhirat yang akan lebih dahsyat lagi.
Jika pemilihan sudah dijalankan dan mendapatkan rizqi, selanjutnya kita tidak boleh lupa akan kebersihan harta kita. Bukankah pada setiap harta yang dititipkan oleh Allah kepada kita ada sebagian yang bukan milik kita?
     Oleh karena itu walaupun rizqi itu baik dan halal dalam mencari, kita tidak boleh lupa untuk membersihkannya. Harta yang kita miliki bisa dikata bersih (baik dan halal) manakala sudah kita keluarkan sebagian yang bukan haq kita. yaitu dengan zakat Mal apabila sudah sampai Nishab dan Haulnya. Bisa juga dengan zakat profesi, pada setiap kali kita menerima gaji atau upah dari pekerjaan kita. InsyaAllah kalau rizqi yang kita cari dengan jalan baik dan halal kemudian kita keluarkan sebagian yang bukan haq kita untuk:

Orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah. (QS. At Taubah ayat 60).
Maka bersih sudah harta kita dan itulah yang halal untuk kita dan keluarga kita.
     Nah sekarang tinggal kita untuk menjalankannya. Yang biasanya mencari dengan jalan  kurang baik maka mulai sekarang berniat untuk merubah menjadi yang baik. Semua tergantung pada niat kita, kalau niat sudah bulat maka langkah selanjutnya berusaha atau ikhtiar. Berusaha menghindari yang tidak baik, yang samar-samar, dan bahkan yang jelas-jelas  haram atau dilarang, baik oleh negara maupun agama.
      Ajakan teman atau kelompok kadang yang membuat kita tidak bisa mengindarinya. Kalau kita tidak ikut teman atau kelompok kita akan ditinggal, namun kalau ikutan teman atau kelompok kita takut akan ancaman dan siksa Allah. Memang sungguh dilematis.
     Bagi seorang Muslim tidak ada kata dilematis, dan tidak ada kata coba-coba. “Coba-coba dulu ah kalau nanti selamat kita lanjutkan, kalau tidak kan belum terlanjur.” Seorang Muslim yang seperti ini berarti lemah imannya. Bukankah yang halal itu nampak kehalalannya, dan yang haram itupun nampak keharamannya?
Oleh karenanya kita di dalam berdo’a selalu  memohon : “Allahumma arinal haqqa-haqqa warzuqnat tibaa’ah, wa-arinal baatila-baathila warzuqnaj tinaabah.” (Ya Allah tunjukkanlah kepada kami yang benar itu benar agar kami dapat menjalankannya , dan tunjukkanlah kepada kami yang bathil itu bathil untuk dapat kami menghindarinya).
     Semoga dari sini kita bisa mengambil I’tibar  untuk menuntun kita di dalam mencari rizqi yang baik dan yang halal, agar kita bisa selamat  dunia dan akhirat. Amin………



Oleh , Sidik Wijono

CIUMAN NABI

Kelak semua karunia Tuhan seperti umur,
kesehatan dan sebagainya ditanya dengan sekali pertanyaan,
tetapi khusus harta ditanya dengan dua pertanyaan.

Jika suatu hari seorang santri mencium tangan kiai, maka hal itu merupakan peristiwa yang biasa. Tetapi jika kiai mencium tangan santri baru peristiwa luar biasa. Jika ummat Katolik mencium tangan Paus, itu peristiwa biasa. Tetapi jika Paus justru mencium tangan seorang penyambutnya, tentu sesuatu yang luar biasa.
Jika seorang sahabat mensium tangan nabi, itu peristiwa biasa. Namun pada suatu hari justru Nabi Muhammad yang mencium tangan seorang sahabat yang tidak terkenal.
Sementara banyak sahabat kenamaan bukan saja mencium tangan Nabi, bahkan berebut menyimpan sesuatu dari Nabi untuk kenangan, karena dorongan rasa cinta. Apa yang istimewa dari sahabat itu sehingga Nabi mencium tangannya?
Sa’ad al Ansari bercerita: Suatu hari Nabi melihat tangan seorang sahabat hitam melepuh. Nabi menanyakan sebabnya. Orang itu menjawabnya, tangannya hitam dan melepuh karena pekerjaannya membelah tanah yang keras dengan kapaknya. Itulah cara dia memperoleh rizki yang halal untuk keluarganya.
Mendengar itu, Nabi meraih tangan hitam melepuh itu lalu menciumnya. Beliau seakan menunjukkan kapada para sahabat, inilah tangan yang dicintai Allah karena bekerja keras mencari rizki halal (Jalaluddin Rahmat/khutbah di Amerika).
Perhatikan sekitar kita. Tangan sejenis itu banyak jumlahnya. Tangan hitam para pekerja jalan yang menutup wajahnya ala ninja karena tak tahan sengatan matahari.
Tangan anak-anak asongan di lampu merah jalan raya mencari makan. Tangan para buruh tani dengan upah rendah, buruh bangunan tanpa perlindungan asuransi dan masih banyak lagi.
Boleh jadi diantara kita ada yang merasa lebih terhormat karena tangannya lebih lembut dan empuk. Pakaian lebih bersih lantaran tak pernah tersentuh debu. Kita berada di mobil AC dengan udara sejuk, bau parfum harum semerbak dan musik mengalun merdu.
Kita tidak bersentuhan dengan kehidupan keras. Tangan kita tidak hitam melepuh. Tetapi di mata Tuhan bisa menjadi hina jika rizki yang kita peroleh bukan rizki halal melainkan asal ambil, asal dapat, dan asal masuk.
Islam sangat menghargai kerja keras dan menaruh perhatian serius soal kebersihan harta. Orang boleh menjadi kaya raya, asal harta itu bersih. Kelak semua karunia Tuhan seperti umur, kesehatan dan sebagainya ditanya dengan sekali pertanyaan, tetapi khusus harta ditanya dengan dua pertanyaan.
Pertama diperiksa: Min aina iktasabahu (dari mana memperoleh kekayaan itu?). Kedua: Ila aina anfaqahu (kemana saja pengeluaran harta itu?). jika pemeriksaan asal kekayaan lulus, tetapi pemeriksaan kedua menyangkut penggunaan harta, gagal, maka akan dicampakkan ke neraka. Apalagi jika gagal kedua-duanya.
Ibu-ibu isteri pejabat yang ngelencer ke luar negeri misalnya, akan diperiksa dua hal, dari mana uangnya, padahal gaji pegawai Indonesia tidak tinggi? Pertanyaan berikutnya, apakah keluar uang untuk piknik ke luar negeri pada saat ada bencana kelaparan dan kekeringan bisa dibenarkan menurut moral yang sehat. Demikian juga tabungan, rumah dan segala harta kita, semua diperiksa dua kali.
Jika kita ingin dicintai Allah, maka harta kita harus bersih pemasukannya dan bersih pengeluarannya.


Oleh, Nur Cholis Huda

Keberkahan Dalam Rezqi


Rezqi yang kita cari, yang kita peroleh dari usaha kita hendaklah kita selektif. Artinya kita senantiasa di dalam mencari harus benar-benar memilih rezqi itu baik dan halal. Sebenarnya rezqi yang baik itu akan tampak baik, begitu juga jika itu jelek akan tampak jelek.

Rezqi yang baik dan halal adalah persyarat kalau rezqi itu nantinya akan berkah (barakah). Banyaknya rezqi seseorang belum menjamin kalau rezqi itu bisa barakah untuk dirinya dan keluarganya.

Seberat apapun didalam mencari rezqi, kita harus tetap mengedepankan untuk mencari yang baik dan halal. Bukankah hidup di dunia ini untuk orang beriman adalah sebagai ujian? Dan hanya sementara bukan?

Pembaca dan Donatur PAM Kenjeran yang berbahagia, perjalanan kehidupan kita tinggal  dua yaitu di dunia dan akhirat. Kita hidup didunia harus sukses dan bahagia, sebab ini sebagai syarat kita menuju ke-kehidupan akhirat. Kesuksesan di akhirat akan ditentukan oleh kesuksesan di dunia. Bagaimana akhiratnya bisa sukses kalau di dunia tidak bisa sukses. Namun ukuran kesuksesan seseorang adalah relatif. Tidak mungkin sama banyaknya harta seorang kuli bangunan misalnya dengan banyaknya harta seorang konglumerat yang memiliki seribu perusahaan misalnya.

Sekali lagi  keseksesan itu ditentukan oleh berkah tidaknya harta yang didapat. Harta yang berkah akan terasa sejuk dan nyaman untuk digunakan beribadah kepada Allah.
Untuk itu hanya rezqi yang baik dan halallah yang akan diterima oleh Allah swt.
Akhirnya selamat menikmati sajian kami di Edisi ke-38 ini semoga rezqi yang kita dapat adalah yang baik dan halal sehingga menjadi keberkahan dalam kehidupan kita dan keluarga kita. Amin………