QS. Al Baqarah : 28

Tafsir
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (QS. Al Baqarah : 28)
Ayat ini memberikan pelajaran kepada kita untuk intrusfeksi atau melihat kembali tentang asal-usul kita. Dari tiada kemudian kita diadakan, entah darimana asal kita dahulu. Mungkin di bayam atau sayur-sayuran, di ranting-ranting, atau di air yang mengalir, di serangga, dan lain sebagainya, kemudian dihidupkanlah kita. Terbentuknya mani dalam shulbi ayah dan taraib dalam tubuh ibu kita, yang berasal dari darah, dan darah itu berasal dari makanan, hormon, calori dan vitamin. Kemudian kita masuk dalam rahim ibu kita, dikandungnya dalam sekian bulan lalu diberi akal. Mengembara di permukaan bumi berusaha untuk mencukupi seluruh kebutuhan hidup. “Kemudian Allah mematikan kamu.” Dicabut nyawa kita untuk dipisahkan antara jasad dan ruh kita.

Kemudian badan kita akan diantarkan kembali kepada asal kita. Asalnya dari tanah akan dikembalikan ke tanah. Yang asalnya dari ranting akan dikembalikan ke ranting. Yang asalnya dari air akan dikembalikan ke air.
Lalu Allah menghidupkan kamu” Yaitu hidup untuk yang ke dua kalinya. Sebab nyawa yang terpisah tadi tidak kembali ke tanah, akan tetapi pulang ke tempat yang telah ditentukan buat menunggu panggilan Hari Kiamat. Itulah hidup yang ke dua kalinya.
Kehidupan yang ke dua akan lebih baik dan mulia, atau sebaliknya akan lebih sengsara dan hina. Dalam kehidupan yang ke dua akan ditentukan oleh bagaimana pengembaraan kita selama hidup di alam dunia. Apa yang sudah kita usahakan, kita cari dan kita raih? Sebab kita semua akan kembali kepada-Nya sesuai dengan ujung ayat 28, “Kemudian kepada-Nyalah kamu akan kembali.

Artinya, setelah kita semua dihidupkan-Nya kembali, kita akan dipanggil kembali kehadirat Allah SWT. untuk diperhitungkan baik-baik, dicocokkan dengan catatan yang telah di tulis oleh Malaikat terhadap seluruh amal dan perbuatan kita. Kemudian setelah itu ada keputusan dari Allah ke tempat mana kita akan digolongkan. Kepada golongan orang-orang yang bahagia atau kepada golongan orang-orang yang celaka. Disinilah keadilan yang sebenarnya akan berlaku dan tidak ada lagi kedzaliman. Karena sudah tidak ada lagi suap-menyuap, tidak  ada lagi makelar kasus, tipu muslihat dan lain sebagainya. Di sini tidak ada lagi belas kasihan dari siapapun, termasuk yang datangnya dari Allah. Jika mendapatkan celaka tidak lain adalah karena kesalahannya sendiri selama menempuh kehidupan di dunia. Begitu juga apabila mendapatkan kebahagiaan adalah karena bekal yang bisa dibawanya selama hidupnya di dunia.

Itulah Allah yang telah membuat tingkat kehidupan yang ditempuh oleh manusia. Dari situ akankah kita menjadi orang yang kufur kepada-Nya? Atau akankah kita berbuat sesuka hati
dalam kehidupan yang pertama ini? Bukankah kita tidak mungkin akan bisa membebaskan diri kita dari garis yang telah ditentukan Allah? Namun Allahpun tidak menyia-nyiakan kita, diantara kita ada yang diutus untuk menjadi Rasul, kemudian Allah menurunkan-Nya wahyu lewat Rasul itu, masih juga kita diberi petunjuk lewat agama sebagai pegangan hidup kita. Semenjak kita lahir dan bisa membuka mata, kita selalu dibimbing.
Patutkah kita yang telah diberikan rahmat, nikmat, dan hidayah oleh Allah seperti itu masih memungkiri dan mengkufuri? Mari pergunakan akal sehat kita untuk tafakkur, sudah patutkah perbuatan kita seperti ini!

Oleh: Khatam Susanto

No comments:

Post a Comment