Senyumku dan Senyummu

Rumah yang bagus, anak-anak yang mungil dan kendaraan yang mahal ternyata tidak mampu merekat perkawinan yang retak. Karena itu merawat perkawinan sejak dini sangat penting. Jangan menunggu bisul mulai bercokol baru dilakukan perawatan
Ketika kebencian sudah memenuhi kalbu, maka yang dilihat Cuma kejelekan melulu. Pengalaman menghadapi orang-orang yang ingin bercerei membuktikan hal itu.

Saya sudah tidak tahan lagi. Bertahun-tahun menderita. Saya sudah mencoba bertahan tetapi akhirnya tak kuat juga. Itulah jawaban khas suami istri yang akan bercerei.”
Pernah kepada suami istri saya sodorkan masing-masing selembar kertas folio. Di tengahnya saya beri garis.

Saya minta kepada masing-masing pasangan untuk menuliskan kejealekan atau kekurangan pada lajur kiri dan kelebihan pasangannya pada lajur kanan.
Pada lajur kiri tempat kejelekan di tulis, ada deretan panjang, tetapi pada lajur kanan, kosong.

Mereka mengaku tidak lagi dapat menemukan kebaikan pasangannya.
Apakah bapak dulu menikah atas pilihan sendiri?
Ya. Tapi sifatnya dulu dan sekarang sepertinya langit dan bumi, jauh sekali bedanya.
Kapan terakhir bapak tersenyum kepada istri?


Orang itu agak kaget. “Sudah lupa. Pisah ranjang sudah lebih setahun. Jangankan senyum, melihat saja sudah sebel.

Rumah yang bagus, anak-anak yang mungil dan kendaraan yang mahal ternyata tidak mampu merekat perkawinan yang retak. Karena itu merawat perkawinan sejak dini sangat penting. Jangan menunggu bisul mulai bercokol baru dilakukan perawatan. Dengan apa? Rawatan itu dimulai dengan senyum.

Alangkah mudah dan murah. Memang senyum adalah milik manusia yang luar biasa. Binatang tidak memiliki kemampuan untuk tersenyum. Tetapi manusia sering melupakan karunia Tuhan yang luar biasa ini.
Banyak orang sangat kikir untuk memberikan senyum yang tulus. Wajahnya masam dan kaku, bukan hanya kepada bawahan, tetapi juga kepada anak, istri dan keluarganya.

Seorang pedagang yang sibuk dan pulang dengan wajah letih mengaku ada perubahan besar ketika ia mengubah wajahnya yang kaku menjadi senyum. Ia melaksanakan nasehat psikolog.
Istri saya heran ketika bangun dari tidur saya menyapanya dengan senyum. Maklum sudah bertahun-tahun itu tidak kami lakukan. Mungkin setelah kelahiran anak pertama, “ceritanya.

Kepada relasi dan para buruhnya ia juga mempraktekkan senyum. Tiba-tiba dirasakan kehidupannya menjadi ceria.
Di rumah, di tempat kerja suasananya menjadi sangat cair dan familiar. Hatinya lebih gembira.
Bagaimana senyum yang tulus dapat berpengaruh menumbuhkan kegembiraan dan mengusir kemurungan di hati kita?

Prof. william James, ahli ilmu jiwa, menerangkan bahwa sesungguhnya melalui perbuatan, kita dapat mengatur perasaan.

Karena itu untuk mencapai kebahagiaan dan kegembiraan, saran James, timbulkanlah senyum pada wajah Anda, berbuatlah dan bersikaplah seolah-olah Anda betul-betul sedang gembira….

Shakespeare bilang, baik dan buruk, sanang dan sedih itu semata-mata ditentukan pikiran dan gagasan kita sendiri.

Jika kita pura-pura sakit karena ingin menghindar dari tugas maka kita akan loyo, langkah kita lamban seperti orang sakit beneran bahkan mungkin bisa benar-benar menjadi sakit. Itu karena pikiran dan perasaan kita yang menciptakan kemuraman itu.
Sebaliknya, jika kita tersenyum tulus dan memancarkan wajah yang gembira, maka perasaan gembira akan benar-benar muncul dan menjalari hati kita. Kitapun akan menikmati.

Senyum adalah karunia yang luar biasa. Sungguh tepat ketika Nabi Muhammad bersabda:”Senyummu kepada sesamamu adalah sedekah.
Memberi senyum yang tulus dalam pandangan Islam nilainya sama dengan memberi materi.
Itu karena senyum orang memperoleh sesuatu yang menyenangkan, seperti ketika kita memperoleh pemberian barang atau uang.

Bahkan ketika kita memberi uang dengan senyum yang tulus dan pada kali lain memberi dengan jumlah lebih besar tetapi dengan wajah dingin dan masam, barangkali pemberian pertama lebih menyenangkan dari pemberian kedua.

Mulailah memberi sedekah kepada keluarga, kenalan, dan handai tolan dengan senyum yang tulus. Kita tidak kehilangan apa-apa, malah memperoleh banyak.
Memperoleh persahabatan, kedamaian dan kebah
agiaan. Karena itu senyum itu menyehatkan.

Selain itu kita mendapat pahala dari Allah yang maha pemurah.
Berbahagialah mereka yang murah senyum dengan tulus. Sebaliknya, sungguh kasihan mereka yang memelihara wajah masam, kaku, dan muram karena ia memelihara penyakit. Wajahnya kehilangan kesegaran.
Orang cantik tetapi berwajah masam akan kehilangan kecantikannya. Apalagi sudah tidak cantik ditambah masam.

Oleh : Nur Cholis Huda

No comments:

Post a Comment